Makna bisnis sangatlah luas, tidak sebatas berniaga. Bisnis adalah tentang cara bagaimana sesuatu bisa terwujud. Semua landasan bisnis adalah tentang bagaimana mengerjakan apa yang telah direncanakan. Oleh karenanya bisnis terkait erat dengan pola pikir.
Demikian diungkapkan oleh Ketua Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya (YPDKY), Al Mukarrom Sayyidi Syaikh H.Abdul Khalik Fajduani, SH, jelang Ramadhan 1432H lalu. Hal tersebut disampaikan kepada tim Panitia Peradaban Bersih (Pandabsih) Surau Baitul Amin saat melakukan studi banding di Kampus Panca Budi, Medan. “Untuk mengubah kehidupan, ubahlah cara berfikir kita,” demikian pesan beliau.
Ketua YPDKY kembali mengingatkan bahwa syarat utama bagi setiap orang yang ingin menjadi pengusaha sukses harus terlebih dahulu merasa bahagia.Sedangkan keberhasilan dalam berusaha tergantung dari pola pikir (mindset) atau ‘kepalanya’. Beliau menekankan bahwa ada 4 sudut pandang utama yang harus diubah dalam bisnis: kepemimpinan,silaturahim, team, dan rumah tangga.
Kepemimpinan
Dalam 7 Nilai Dasar Yayasan yang dicanangkan sebagai acuan perilaku bagi seluruh karyawan dalam lingkungan Yayasan Prof DR Kadirun Yahya (YPDKY). Patuh pada pemimpin adalah salah satu dari nilai tersebut. Kini 7 Nilai Dasar Yayasan juga merupakan acuan bagi jamaah Tarekat Naqsyabandiyah naungan YPDKY.Seorang pemimpin harus sering bertanya kepada dirinya, “Apakah saya layak dicintai?” “Apakah saya tidak jaim?” “Apakah saya pemurah?” “Apakah saya mengayomi?”. Dan lain sebagainya.
Seringkali pemimpin juga “salah kaprah” dalam menghargai orang lain. Misalnya dalam hal waktu.Kerap dalam memimpin rapat, seorang pemimpin mengungkapkan, “Karena ada beberapa anggota kita yang terlambat,rapat kita undur.” Sementara, secara tidak disadari di saat yang bersamaan pemimpin telah mengorbankan dan tidak memberi penghargaan bagi orang yang datang tepat waktu. Sikap mengundur rapat justru menghargai orang yang terlambat.
Pola-pola pikir pemimpin seperti inilah yang harus diubah. Dengan memberi penghargaan kepada yang datang terlebih dulu, sesungguhnya seorang pemimpin telah memberi kenyamanan dan menghormati komitmen mereka.
Silaturrahim
Diantara kita mungkin pernah terbersit pertanyaan,“Mengapa orang lain sukses padahal skenario bisnisnya sama?” Atau, “Mengapa nasib bisnis kita berbeda?” Penting bagi kita untuk menelaah kembali pola pikir kita tentang bisnis.
Menurut Ketua YPDKY, bisnis itu sesungguhnya adalah tentang silaturrahim. Juga tentang akhlakul kharimah, serta kemampuan dan ketulusan dalam bersahabat. Faktor-faktor inilah yang membedakan nasib bisnis seseorang dengan yang lainnya.
Ilustrasi sederhana tentang bisnis dan silaturahim adalah ketika orang berbelanja. Faktanya, 80% pembeli membeli suatu produk karena menyukai penjualnya. Untuk itu, berbuat baiklah agar disukai orang lain,bersahabatlah. Karena sesungguhnya bisnis adalah persahabatan yang besar.
Bagaimana cara mengukur sejauh mana jiwa silaturrahim kita saat ini? Ketua YPDKY berpesan, tanyakanlah pada diri sendiri: “Apakah aku menyukai orang?” “Apakah aku mencintai manusia? ” “Apakah saya tidak berteguran dengan saudara?” Dan seterusnya. Dari pertanyaan-pertanyaan tadi, akan tercermin di tahap mana cara berfikir kita saat ini, untuk membantu kita untuk terus menerus memperbaiki diri.
Team tanpa ”Bemo”
“Bisnis adalah tentang mengerjakan urusan yang dikerjakan banyak orang. Biasanya, semakin besar suatu bisnis,semakin banyak pula orang yang terlibat.Cepat atau lambatnya sebuah tim dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan,tergantung dari kecepatannya bergerak,”jelas Ketua YPDKY.
Pertanyaan yang timbul, siapakah penentu kecepatan berbisnis? Yang paling cepat geraknya atau yang paling lambat?
Sebagian dari kita mengira bahwa yang menentukan adalah yang paling cepat gerakannya. Namun ternyata, yang menentukan cepat atau lambatnya tim bergerak justru yang paling lambat.
Sebagai ilustrasi, ada sebuah rombongan bermaksud menuju suatu kota. Ada yang menggunakan mobil balap,mobil keluarga, dan ada yang menggunakan bemo, kendaraan roda tiga yang usianya puluhan tahun usianya dan tidak bisa ngebut. Bagi rombongan, yang menentukan kecepatannya adalah bemo.Karena, untuk tiba bersama-sama, mobil balap pun harus menyesuaikan kecepatannya dengan sang bemo.
Dalam berbisnis pun,“sang bemo” ada dimana-mana. Mereka yang termasuk bemo adalah mereka yang suka berkeluh kesah, mencela, bertengkar, datang terlambat waktu rapat,pemurung dan pesimis.Mereka yang seperti bemo inilah yang menghambat perjalanan bisnis rombongannya. Sikap seperti bemo ini harus diganti dengan menerapkan 7 Nilai Dasar Yayasan,agar sebuah tim semakin cepat tiba di tujuan.
Rumah Tangga
Peran seorang istri menjadi sangat menentukan kesuksesan berbisnis suaminya. Ketua YPDKY menceritakan tentang istri-istri di Jepang sebagai contoh. Di negara yang terkenal dengan etos kerja rakyatnya yang penuh ketekunan, para istri akan malu apabila suami mereka pulang ketika masih ada sinar matahari. Mereka justru ingin agar suaminya memiliki banyak kegiatan.Bergaul atau bersilaturahim dengan teman-temannya dinilai lebih baik daripada pulang cepat.
Para suami harus mempunyai kehidupan sosial dengan teman-temannya dan juga kehidupan spiritual di samping kehidupan profesional. Para istri hendaknya memberikan kebebasan kepada suaminya karena di balik laki-laki yang hebat, terdapat istri yang hebat. Untuk itu pola pikir seperti ini yang perlu dibenahi lebih dahulu. “Bereskan Rumah Tangga dulu, barulah berbisnis,” ungkap beliau.
Ketua YPDKY menekankan bahwa tidak ada keberuntungan dalam bisnis.“Yang ada hanyalah kebaikan. Semua perbuatan kembali kepada Allah. Disinilah ada hukum menanam dan menunai.Tanamkanlah berbagai kebaikan dalam hidup kita, laksanakanlah 7 Nilai Dasar. Tersenyum dan bersyukurlah. Kesehatan dan keuangan lebih suka tinggal pada orang yang bersyukur dan berbahagia.”Selamat berbisnis! (JH-MFH)